Kemenangan Tak Terduga Partai Sanseito dalam Pemilu Jepang
Pemilihan umum Jepang yang digelar pada hari Minggu (20/7/2025) berjalan dengan hasil yang mengejutkan. Partai Sanseito, yang sebelumnya hanya memiliki satu kursi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), berhasil memperoleh tambahan 14 kursi setelah hasil pemilu dikeluarkan. Kemenangan ini membuat partai tersebut menjadi pusat perhatian politik di Jepang.
Sanseito berhasil mendapatkan dukungan dengan kampanye yang menggabungkan pesan nasionalis, janji populis, serta penolakan terhadap globalisme. Partai ini menawarkan berbagai kebijakan seperti pemotongan pajak, reformasi kesejahteraan sosial, dan seruan untuk memulihkan perekonomian rakyat Jepang dengan menentang pengaruh asing.
Pemimpin Sanseito, Sohei Kamiya, seorang mantan guru bahasa Inggris sekaligus mantan manajer supermarket berusia 47 tahun, dikenal sebagai figur kontroversial. Kamiya kerap melontarkan teori konspirasi mengenai vaksin dan elit globalis, serta secara terbuka mengagumi gaya politik Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Isu Imigrasi yang Menjadi Fokus
Partai kecil ini dikenal dengan slogan “Japanese First” dan retorika anticatatanpinggir.com – imigrasi yang semakin nyaring, terutama ketika isu warga asing mencuat dalam kampanye. Jepang yang terkenal dengan kebijakan imigrasi ketat kini mencatat lonjakan wisatawan dan penduduk asing.
Kenaikan ini memicu persepsi negatif di sebagian warga di Jepang, termasuk tudingan bahwa warga asing turut mendongkrak biaya hidup. Meski demikian, sejumlah analis politik menyebut bahwa isu imigrasi sebenarnya bukan kekhawatiran utama bagi sebagian besar warga Jepang.
Hanya 7 persen responden dalam jajak pendapat NHK yang menyebut imigrasi sebagai masalah utama. Saat ini, jumlah penduduk asing di Jepang mencapai 3,8 juta orang, atau sekitar tiga persen dari total populasi.
Akan tetapi, analis menilai Sanseito berhasil mengemas narasi nasionalis yang memikat. Isu mengenai imigrasi berhasil dimanfaatkan Sanseito untuk memperkuat dukungan, terutama di tengah kekecewaan publik terhadap kondisi ekonomi yang stagnan.
“Japanese First” dan Penjelasan Kamiya
Dalam wawancara dengan Nippon Television usai pemungutan suara, Kamiya membela slogan populernya yakni “Japanese First”. Dia menegaskan, frasa tersebut bertujuan mengembalikan kesejahteraan rakyat Jepang, bukan menyerukan pengusiran warga asing.
“Saya tidak mengatakan kita harus sepenuhnya melarang orang asing atau bahwa setiap orang asing harus keluar dari Jepang,” papar Kamiya.
Presiden Japan Society Joshua Walker yang berbasis di AS menilai, keberhasilan Sanseito mencerminkan kombinasi pesan populis dan kelemahan kubu Partai Demokrat Liberal (LDP). Menurutnya, resonansi Sanseito, terutama di mata pengamat internasional, banyak dipengaruhi oleh sikap anticatatanpinggir.com – asing mereka.
Fenomena populisme sayap kanan sendiri tergolong baru di Jepang. Meskipun Sanseito sering dibandingkan dengan partai sayap kanan di Eropa seperti AfD di Jerman atau Reform UK di Inggris, dukungan terhadap ideologi semacam itu belum mencapai tingkat yang sama di Jepang. Namun, kemenangan Sanseito menunjukkan adanya pergeseran dalam dinamika politik Jepang yang perlu diperhatikan oleh para pengamat dan pemangku kebijakan.